Kehidupan manusia pada hakikatnya adalah perjalanan panjang dan memakan waktu yang sangat panjang pula. Bermula dari alam arwah. Yaitu alam di mana manusia masih dalam bentuk ruh-ruh. Kemudian disusul dengan alam rahim di dalam kandungan ibu. Berikutnya adalah alam dunia yang saat ini kita hidup di dalamnya. Setelah itu adalah alam barzakh atau alam kubur. Baru kemudian kita memasuki alam keabadian, yaitu alam akhirat. Saat itu, kita akan menempati tempat tinggal kita yang sebenarnya, yaitu salah satu di antara surga atau neraka.
Nah, di antara sekian alam yang akan dialami oleh manusia tersebut, alam barzakh adalah alam yang segera dialami sesudah kehidupan dunia ini. Manusia akan memasuki alam barzakh setelah ruh mereka meninggalkan tubuh kasar mereka. Istilah yang dikenal untuk proses ini disebut dengan "kematian". Hanya saja kematian ini sebenarnya bukanlah kemusnahan ruh, namun hanyalah perpindahan ruh dari satu alam ke alam yang lain. Dalam hal ini, Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali RA berkata: "Sesungguhnya kematian hanyalah perubahan keadaan saja. Dan sesungguhnya ruh tetap ada setelah ia berpisah dari jasad. Ada kalanya ia mendapatkan kenikmatan atau mendapatkan siksa." (Ihya' Ulumuddin Juz4hlm. 525).
Syaikh Ibnu Al Qayyim Al Hanbali RA berkata: "Kematian nufus (diri/ruh) adalah berpisahnya ruh dari jasadnya. Jika yang dimaksud dengan kata kematian adalah seperti ini, maka ruh memang merasakannya. Namun jika yang dimaksud dengan istilah kematian adalah bahwa ruh itu menjadi musnah/sirna, maka ruh tidak mengalami hal ini. Namun ia akan tetap hidup sesudah penciptaannya, apakah kemudian ia mendapatkan nikmat atau siksa." (Ar Ruuh hal. 37).
Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bagaimana kehidupan manusia di alam barzakh nanti? Dan bagaimana cara agar manusia mendapat kenikmatan dan kebahagiaan dalam kehidupan di sana. Ini sangat penting, karena tidak ada seorang pun yang akan menghindar dari kehidupan di alam barzakh. Dan tidak ada seorang manusia yang ingin merasakan penderitaan dalam kehidupan di sana kelak. Dengan berbekal pengetahuan tentang alam barzakh tersebut, paling tidak manusia dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan lebih baik. Dengan demikian, Insya Allah ia akan terhindar dari malapetaka yang kelak menimpa mereka yang tidak mempersiapkan kehidupan di alam barzakh.
PERJALANAN MENUJU BARZAKH
Barzakh secara harfiah berarti jarak waktu atau penghalang antara dua hal dan tidak ada yang sanggup melewatinya. Menurut Islam, barzakh berarti tempat yang berada di antara maut dan kebangkitan. Menurut firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Al Mukminuun ayat 100: "Di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." Ia menjawab, "Itu adalah alam antara kematian dan kebangkitan kembali."
Jadi dapat dikatakan bahwa barzakh adalah alam kubur yang membatasi antara dunia dan akhirat. Barzakh menjadi tempat persinggahan sementara jasad makhluk sampai dibangkitkannya pada hari kiamat. Penghuni barzakh berada di tepi dunia (masa lalu) dan akhirat (masa depan).
Perjalanan menuju alam Barzakh diawali dengan berpisahnya ruh dari jasad manusia. Ini adalah saat yang penting bagi perjalanan manusia selanjutnya. Jika saat pelepasan ruh tersebut seseorang dalam keadaan beriman kepada Allah, maka kehidupan selanjutnya adalah keindahan dan kenikmatan. Kematian dalam iman inilah yang kemudian dikenal dengan istilah husnul khatimah (penutup yang baik).
Namun sebaliknya, jika pelepasan ruh seseorang bersamaan dengan hilangnya iman, maka hal ini akan menjadi awal dari sebuah penderitaan yang panjang dan tidak berkesudahan. Keadaan yang demikian ini kemudian dikenal dengan istilah su'ul khatimah (penutup yang buruk). Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang bertemu Allah (meninggal) sedangkan dia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka pasti ia masuk surga. Dan tidak akan berbahaya baginya kesalahan sebagaimana jika ia meninggal dalam keadaan musyrik, maka ia akan masuk neraka dan tidak akan bermanfaat kebaikan yang ia lakukan." (HR. Ahmad dengan rijal/nara sumber yang shahih/Majma'uz Zawa'idJuzlhlm. 3).
UCAPAN KUBUR KEPADA MAYIT
Ketika seseorang meninggal dalam keadaan baik, maka tanah pekuburan akan menyambutnya dengan penuh penghormatan. Dan hal ini tentu merupakan awal yang baik bagi seseorang yang memasuki alam barzakh. Sebaliknya, jika seseorang melewatkan hidupnya dengan bergelimang dosa, maka tanah pekuburan akan mencelanya. Dan ini merupakan awal yang mengenaskan dari perjalanan orang yang memasuki alam barzakh.
Dalam sebuah hadits dikatakan, "Berkata kubur kepada mayat ketika diletakkan di dalamnya, 'Celaka engkau wahai anak Adam! Apakah gerangan yang menjadikanmu melupakan aku? Tidakkah engkau tahu bahwa sesungguhnya aku adalah rumah fitnah, rumah kegelapan, rumah kesendirian, rumah cacing? Apakah gerangan yang menjadikanmu lupa dari mengingat aku ketika engkau melewati aku sambil bersuara keras?' Ketika seseorang tersebut orang baik, maka ada yang menjawab dari ucapan kubur tersebut, 'Tidakkah engkau tahu bahwa ia (mayit) adalah seseorang yang selalu mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran?1 Maka kubur pun berkata, 'Jika demikian, aku akan berubah menjadi kebun hijau'." (HR. Ibnu Abid Dunya/Dhaif).
Demikianlah, maka awal perjalanan baru pun dimulai. jika di awal ini manusia selamat, maka dalam perjalanan selanjutnya akan lebih mudah baginya. Namun jika awal perjalanan ini celaka, maka kehidupan selanjutnya akan lebih mencelakakan dirinya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kubur adalah awal persinggahan di antara persinggahan-persinggahan akhirat. Jika seseorang selamat dari siksa kubur, maka sesudahnya akan menjadi lebih mudah baginya. Namun jika seseorang tidak selamat (dari siksa kubur), maka perjalanan selanjutnya akan lebih buruk baginya." (HR. Ibnu Majah/Mukhtashar TadzkirahAlQurthubihlm. 28).
AHLI KUBUR DAPAT MENGETAHUI ORANG YANG MENZIARAHI KUBURNYA.
Di antara keadaaan ahli kubur adalah bahwa mereka dapat mengetahui siapa yang berziarah kepadanya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW, "Tidaklah seseorang melewati kubur saudaranya yang mukmin yang ia kenal, kemudian ia mengucapkan salam atasnya, kecuali pasti ahli kubur tersebut akari mengenalnya juga dan akan membalas salamnya." (HR. Al Hafidz Abu Muhammad Al Isybili). Dalam riwayat lain ada tambahan, "Jika ia mengenalnya, maka ahli kubur akan tetap membalas salamnya." Dalam riwayat Abu Dawud dikatakan, "Tidaklah seseorang mengunjungi kubur saudaranya, kemudian duduk di sisinya kecuali ahli kubur tersebut akan merasakan kenyamanan sampai ia berdiri." (Ar Ruuh hlm.14).
AHLI KUBUR DAPAT MENGETAHUI KEADAAN KELUARGANYA SETELAH KEMATIANNYA
Dalam sebuah riwayat yang sanadnya disahihkan oleh Syaikh Ibnu Al Qayyim dikatakan bahwa Sha'b bin Jutsaatsah dan Awf bin Malik telah dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW. Suatu saat, Sha'b berkata kepada Awf, ' "Wahai saudaraku, siapa saja di antara kita yang mati terlebih dahulu, maka hendaknya ia menemui saudaranya yang masih hidup dalam impian." Awf berkata, "Apakah itu bisa?" Sha'b berkata, "Ya, bisa."
Demikianlah, maka ketika Sha'b meninggal dunia terlebih dahulu, ia pun menemui Awf dalam mimpi. Di antara dialog keduanya adalah ucapan Sha'b, "Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya tidaklah terjadi satu pun peristiwa di keluargaku setelah kematianku kecuali beritanya sampai kepadaku. Hingga kematian seekor kucing kami beberapa hari yang lalu pun beritanya sampai kepadaku..." dan seterusnya.
Awf bin Malik pun kemudian mengecek hal ini kepada keluarga Sha'b. Benarkah kucing keluarga ini baru saja meninggal beberapa hari yang lalu? Ternyata setelah dicheck, apa yang disampaikan oleh Sha'b dalam mimpinya ini benar adanya (Ar Ruuh him. 15).
AHLI KUBUR BISA MELAKUKAN SESUATU YANG EFEKNYA DIRASAKAN MEREKA YANG HIDUP DI DUNIA
Abul Hasan Al Muthallibi, Imam Masjid Nabawi menceritakan, "Aku melihat sesuatu yang mengagumkan di Madinah. Ada seseorang menceia Abu Bakar dan Umar RA (mungkin mereka ini kaum Syiah). Suatu saat, setelah shalat' subuh, tiba-tiba datanglah seseorang yang bola matanya keluar dan bergelantungan di pipinya. Maka kami pun menanyainya tentang cerita kedua matanya.
Maka ia berkata, "Kemarin malam aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan di sekitar beliau ada Ali RA, Abu Bakar RA dan Umar RA. Abu Bakar RA dan Umar RA kemudian berkata, 'Wahai Rasulallah, ini dia yang suka menceia dan menyakiti kami.1 Maka Rasulullah SAW berkata, 'Siapa yang memerintahkanmu untuk melakukan yang demikian wahai Abul Qays?' Maka aku katakan, 'Ali.' sambil aku berisyarat kepadanya. Maka Ali pun mendatangiku sambil berkata, 'Jika engkau berbohong, maka Allah akan membutakan matamu.' Kemudian Ali menusuk mataku dengan kedua tangannya hingga aku terbangun dalam keadaan seperti ini." Orang itu kemudian menangis dan bertaubat atas perbuatannya (Ar Ruh hal. 189).
Demikianlah antara lain keadaan ahli kubur di alam barzakh. Semoga seiriua ini menjadikan kita untuk dapat mengambil i'tibar dan lebih meningkat dalam menyongsong kematian. (Abul Fatih).
Dikutip dari : majalah AHAM edisi 98 / Dzulqo'dah 1432
Nah, di antara sekian alam yang akan dialami oleh manusia tersebut, alam barzakh adalah alam yang segera dialami sesudah kehidupan dunia ini. Manusia akan memasuki alam barzakh setelah ruh mereka meninggalkan tubuh kasar mereka. Istilah yang dikenal untuk proses ini disebut dengan "kematian". Hanya saja kematian ini sebenarnya bukanlah kemusnahan ruh, namun hanyalah perpindahan ruh dari satu alam ke alam yang lain. Dalam hal ini, Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali RA berkata: "Sesungguhnya kematian hanyalah perubahan keadaan saja. Dan sesungguhnya ruh tetap ada setelah ia berpisah dari jasad. Ada kalanya ia mendapatkan kenikmatan atau mendapatkan siksa." (Ihya' Ulumuddin Juz4hlm. 525).
Syaikh Ibnu Al Qayyim Al Hanbali RA berkata: "Kematian nufus (diri/ruh) adalah berpisahnya ruh dari jasadnya. Jika yang dimaksud dengan kata kematian adalah seperti ini, maka ruh memang merasakannya. Namun jika yang dimaksud dengan istilah kematian adalah bahwa ruh itu menjadi musnah/sirna, maka ruh tidak mengalami hal ini. Namun ia akan tetap hidup sesudah penciptaannya, apakah kemudian ia mendapatkan nikmat atau siksa." (Ar Ruuh hal. 37).
Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bagaimana kehidupan manusia di alam barzakh nanti? Dan bagaimana cara agar manusia mendapat kenikmatan dan kebahagiaan dalam kehidupan di sana. Ini sangat penting, karena tidak ada seorang pun yang akan menghindar dari kehidupan di alam barzakh. Dan tidak ada seorang manusia yang ingin merasakan penderitaan dalam kehidupan di sana kelak. Dengan berbekal pengetahuan tentang alam barzakh tersebut, paling tidak manusia dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan lebih baik. Dengan demikian, Insya Allah ia akan terhindar dari malapetaka yang kelak menimpa mereka yang tidak mempersiapkan kehidupan di alam barzakh.
PERJALANAN MENUJU BARZAKH
Barzakh secara harfiah berarti jarak waktu atau penghalang antara dua hal dan tidak ada yang sanggup melewatinya. Menurut Islam, barzakh berarti tempat yang berada di antara maut dan kebangkitan. Menurut firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Al Mukminuun ayat 100: "Di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." Ia menjawab, "Itu adalah alam antara kematian dan kebangkitan kembali."
Jadi dapat dikatakan bahwa barzakh adalah alam kubur yang membatasi antara dunia dan akhirat. Barzakh menjadi tempat persinggahan sementara jasad makhluk sampai dibangkitkannya pada hari kiamat. Penghuni barzakh berada di tepi dunia (masa lalu) dan akhirat (masa depan).
Perjalanan menuju alam Barzakh diawali dengan berpisahnya ruh dari jasad manusia. Ini adalah saat yang penting bagi perjalanan manusia selanjutnya. Jika saat pelepasan ruh tersebut seseorang dalam keadaan beriman kepada Allah, maka kehidupan selanjutnya adalah keindahan dan kenikmatan. Kematian dalam iman inilah yang kemudian dikenal dengan istilah husnul khatimah (penutup yang baik).
Namun sebaliknya, jika pelepasan ruh seseorang bersamaan dengan hilangnya iman, maka hal ini akan menjadi awal dari sebuah penderitaan yang panjang dan tidak berkesudahan. Keadaan yang demikian ini kemudian dikenal dengan istilah su'ul khatimah (penutup yang buruk). Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang bertemu Allah (meninggal) sedangkan dia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka pasti ia masuk surga. Dan tidak akan berbahaya baginya kesalahan sebagaimana jika ia meninggal dalam keadaan musyrik, maka ia akan masuk neraka dan tidak akan bermanfaat kebaikan yang ia lakukan." (HR. Ahmad dengan rijal/nara sumber yang shahih/Majma'uz Zawa'idJuzlhlm. 3).
UCAPAN KUBUR KEPADA MAYIT
Ketika seseorang meninggal dalam keadaan baik, maka tanah pekuburan akan menyambutnya dengan penuh penghormatan. Dan hal ini tentu merupakan awal yang baik bagi seseorang yang memasuki alam barzakh. Sebaliknya, jika seseorang melewatkan hidupnya dengan bergelimang dosa, maka tanah pekuburan akan mencelanya. Dan ini merupakan awal yang mengenaskan dari perjalanan orang yang memasuki alam barzakh.
Dalam sebuah hadits dikatakan, "Berkata kubur kepada mayat ketika diletakkan di dalamnya, 'Celaka engkau wahai anak Adam! Apakah gerangan yang menjadikanmu melupakan aku? Tidakkah engkau tahu bahwa sesungguhnya aku adalah rumah fitnah, rumah kegelapan, rumah kesendirian, rumah cacing? Apakah gerangan yang menjadikanmu lupa dari mengingat aku ketika engkau melewati aku sambil bersuara keras?' Ketika seseorang tersebut orang baik, maka ada yang menjawab dari ucapan kubur tersebut, 'Tidakkah engkau tahu bahwa ia (mayit) adalah seseorang yang selalu mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran?1 Maka kubur pun berkata, 'Jika demikian, aku akan berubah menjadi kebun hijau'." (HR. Ibnu Abid Dunya/Dhaif).
Demikianlah, maka awal perjalanan baru pun dimulai. jika di awal ini manusia selamat, maka dalam perjalanan selanjutnya akan lebih mudah baginya. Namun jika awal perjalanan ini celaka, maka kehidupan selanjutnya akan lebih mencelakakan dirinya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kubur adalah awal persinggahan di antara persinggahan-persinggahan akhirat. Jika seseorang selamat dari siksa kubur, maka sesudahnya akan menjadi lebih mudah baginya. Namun jika seseorang tidak selamat (dari siksa kubur), maka perjalanan selanjutnya akan lebih buruk baginya." (HR. Ibnu Majah/Mukhtashar TadzkirahAlQurthubihlm. 28).
AHLI KUBUR DAPAT MENGETAHUI ORANG YANG MENZIARAHI KUBURNYA.
Di antara keadaaan ahli kubur adalah bahwa mereka dapat mengetahui siapa yang berziarah kepadanya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW, "Tidaklah seseorang melewati kubur saudaranya yang mukmin yang ia kenal, kemudian ia mengucapkan salam atasnya, kecuali pasti ahli kubur tersebut akari mengenalnya juga dan akan membalas salamnya." (HR. Al Hafidz Abu Muhammad Al Isybili). Dalam riwayat lain ada tambahan, "Jika ia mengenalnya, maka ahli kubur akan tetap membalas salamnya." Dalam riwayat Abu Dawud dikatakan, "Tidaklah seseorang mengunjungi kubur saudaranya, kemudian duduk di sisinya kecuali ahli kubur tersebut akan merasakan kenyamanan sampai ia berdiri." (Ar Ruuh hlm.14).
AHLI KUBUR DAPAT MENGETAHUI KEADAAN KELUARGANYA SETELAH KEMATIANNYA
Dalam sebuah riwayat yang sanadnya disahihkan oleh Syaikh Ibnu Al Qayyim dikatakan bahwa Sha'b bin Jutsaatsah dan Awf bin Malik telah dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW. Suatu saat, Sha'b berkata kepada Awf, ' "Wahai saudaraku, siapa saja di antara kita yang mati terlebih dahulu, maka hendaknya ia menemui saudaranya yang masih hidup dalam impian." Awf berkata, "Apakah itu bisa?" Sha'b berkata, "Ya, bisa."
Demikianlah, maka ketika Sha'b meninggal dunia terlebih dahulu, ia pun menemui Awf dalam mimpi. Di antara dialog keduanya adalah ucapan Sha'b, "Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya tidaklah terjadi satu pun peristiwa di keluargaku setelah kematianku kecuali beritanya sampai kepadaku. Hingga kematian seekor kucing kami beberapa hari yang lalu pun beritanya sampai kepadaku..." dan seterusnya.
Awf bin Malik pun kemudian mengecek hal ini kepada keluarga Sha'b. Benarkah kucing keluarga ini baru saja meninggal beberapa hari yang lalu? Ternyata setelah dicheck, apa yang disampaikan oleh Sha'b dalam mimpinya ini benar adanya (Ar Ruuh him. 15).
AHLI KUBUR BISA MELAKUKAN SESUATU YANG EFEKNYA DIRASAKAN MEREKA YANG HIDUP DI DUNIA
Abul Hasan Al Muthallibi, Imam Masjid Nabawi menceritakan, "Aku melihat sesuatu yang mengagumkan di Madinah. Ada seseorang menceia Abu Bakar dan Umar RA (mungkin mereka ini kaum Syiah). Suatu saat, setelah shalat' subuh, tiba-tiba datanglah seseorang yang bola matanya keluar dan bergelantungan di pipinya. Maka kami pun menanyainya tentang cerita kedua matanya.
Maka ia berkata, "Kemarin malam aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan di sekitar beliau ada Ali RA, Abu Bakar RA dan Umar RA. Abu Bakar RA dan Umar RA kemudian berkata, 'Wahai Rasulallah, ini dia yang suka menceia dan menyakiti kami.1 Maka Rasulullah SAW berkata, 'Siapa yang memerintahkanmu untuk melakukan yang demikian wahai Abul Qays?' Maka aku katakan, 'Ali.' sambil aku berisyarat kepadanya. Maka Ali pun mendatangiku sambil berkata, 'Jika engkau berbohong, maka Allah akan membutakan matamu.' Kemudian Ali menusuk mataku dengan kedua tangannya hingga aku terbangun dalam keadaan seperti ini." Orang itu kemudian menangis dan bertaubat atas perbuatannya (Ar Ruh hal. 189).
Demikianlah antara lain keadaan ahli kubur di alam barzakh. Semoga seiriua ini menjadikan kita untuk dapat mengambil i'tibar dan lebih meningkat dalam menyongsong kematian. (Abul Fatih).
Dikutip dari : majalah AHAM edisi 98 / Dzulqo'dah 1432